panelarrow

Rabu, 19 Oktober 2011

Pengembaraan di Jogja

Sebelum pelantikan dimulai, ada satu tahapan calon anggota Palafi yang harus dilakukan, yaitu Pengembaraan. Pengembaraan calon anggota angkatan ke 4 dilaksanakan di Jogjakarta dan Pantai Glagah Indah, Kulon Progo Jogjakarta.

Berikut kami ceritakan sedikit pengalaman kami: 

Awal mulai peserta start dari gedung D3 Universitas Negeri Semarang. Jumlah peserta yang seharusnya mengikuti adalah 12 orang (yang dinyatakan lulus diksar sebelumnya), tapi karena ada sedikit halangan, dengan terpaksa salah satu peserta harus absen mengikuti tahap ini. Dari 11 orang yang mengikuti pengembaraan, panitia membaginya menjadi 2 kelompok.

Konsep awal dari pengembaraan ini adalah untuk melatih bagaimana cara survival dan kesiapan mereka jika dihadapkan pada kondisi terbatas. Untuk itu, kami bekali mereka dengan alat-alat standar camping dan uang saku yang jika pada kondisi normal digunakan tentu saja tidak akan cukup untuk pulang-pergi Jogja-Semarang. Tapi entah bagaimana mereka mengatur kelompok mereka masing-masing, mereka harus sampai titik poin yang sudah ditentukan.
Singkat cerita, perjalanan mereka tempuh dengan semangat. untuk sampai Jogja, minimal mereka harus menggunakan 2 macam kendaraan, yaitu angkot dan Bus umum. Mereka memang tidak diperbolehkan menggunakan sepeda motor atau kendaraan pribadi lainnya. Dari sini juga mereka dituntut untuk mengatur pengeluaran mereka sepanjang perjalanan. Jika di tengah perjalanan nanti mereka kehabisan uang, maka itu tanggung jawab mereka untuk kembali ke Semarang entah bagaimana caranya. 

Tim 1 tidak menemui kendala berarti untuk sampai titik poin yang telah ditentukan. Dengan kemampuan mereka yang tidak kenal malu, mereka berhasil memperoleh tumpangan sampai Pantai Glagah Indah. Tim 2 mengalami sedikit masalah. mereka tidak berhasil mencari tumpangan untuk menghemat uang. Waktu itu kondisi sudah malam, kemudian mereka memutuskan untuk bermalam di pelataran halaman depan Benteng Vredeberg di Jogja karena kondisi peserta memang sudah sangat lelah.


Pagi harinya, pukul 5 pagi mereka  sudah bangun untuk sarapan dan melanjutkan perjlanan ke Glagah Indah, Tim 1 sudah menunggu di poin terakhir. Untuk sampai Pantai Glagah Indah, Tim 2 harus menggunakan bus Jogja-Wates dan kemudian pindah menggunakan angkot menuju pantai langsung. 


Setelah sampai pantai, tugas mereka belum selesai. Tim 2 harus membangun tenda untuk bermalam, kemudian masak untuk mengisi energi mereka. Tahap pengembaraan berakhir di sini, karena selanjutnya di Pantai Glagah ini mereka akan menjalani tahapan Pelantikan Anggota Palafi Angkatan 5. 

Rabu, 25 Mei 2011

Cerita Sumbing (25-27 februari 2011)

PALAFI kembali menjalankan program kerja dari divisi Mounteneering yaitu mendaki gunung, kali ini gunung sumbing yang menjadi objeknya. ada 15 anggota palafi yang memutuskan untuk ikut naik ke sumbing,

1 orang anggota dari KSG, 1 Orang anak Fisika, dan 1 orang adalah adik dari Mbak Umi. dengan leader dari salah satu anak KSG yang sudah berpengalaman naik gunung sumbing, kami berangkat dari Basecamp alias kampus UNNES Sekaran (25 Feb) sekitar pukul 10.00 WIB. mengendarai 8 sepeda motor, kami berjalan beriringan sampai saat jumatan tiba, kami beristirahat di masjid temanggung untuk shalat jumat.
setelah semua selesai beribadah, kami melanjutkan perjalanan menuju basecamp gunung sumbing. sampai di basecamp sumbing sekitar jam 2 siang, kemudian kami berangkat naik sekitar jam setengah 4 sore, dengan mbok yem (KSG) sebagai leader dan mas faiz, n mas tito sebagai sweper alias pembersih.
di perjalanan pun banyak cerita yang terjadi. saat masih di Ladang petani banyak dari anggota muda Palafi yang sudah kelelahan termasuk juga Lily (adik Mbak Umi).jalannya pun 5 kali jalan langsung istirahat, tetapi karena semangat yang diberikan teman-teman akhirnya pelan dengan pasti melangkah sedikit demi sedikit mulai berjalan.

Di tengah perjalanan tersebut tidak disadari rombongan telah menjadi 2 tim. untuk Tim 1 terdiri erna,wika, iska, wawan, ani, devi, anggi, joko, syaiful, mbok yem, Cahyo. dantim 2 ada teti, mita, retno, mbak umi, Lily, Ardi, Mas Fais, Mas Tito, dan Mas Joko. tak terasa adzan maghrib pun sudah terdengar samar - samar dari kejauhan. karena tim 1 telah meninggalkan tim 2, maka tim 2 memutuskan untuk istirahat sejenak dan sholat maghrib terlebih dahulu. setelah itu kita melanjutkan perjalanan.
sampai di pos 2, ternyata teman-teman dari tim 1 sudah sampai di pos 2 dan beristirahat. sampai di pos 2 menunjukkan jam 9 malam, kita menyantap makan malam dengan nikmat. selesai beristirahat kami kembali melanjutkan perjalanan dan meninggalkan pos 2 sekitar jam 11 malam. di perjalanan menuju puncak itu, ternyata banyak yang sudah kelelahan, akhirnya karena tidak ada tempat yang lapang untuk mendirikan tenda, kami terpaksa mendirikan tenda seadanya, hanya 2 tenda yang berhasil didirikan. karena malam semakin larut maka, kami segera tidur dan mengisi tenaga untuk perjalanan pagi hari nya.

Jam 3 pagi kami memutuskan untuk berangkat ke puncak, tetapi karena retno perutnya sakit (tidurnya dempet2an) n tidak bisa meneruskan perjalanan lagi akhirnya mita, mbak Umi, Lily dan Devi memutuskan untuk menemani retno yang sedang sakit. Dengan membawa bekal secukupnya kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. dari tempat mendirikan tenda ke puncak kira-kira membutuhkan waktu 4 jam perjalanan. Medan yang sangat terjal, dan bebatuan yang kelihatannya tanpa ujung banyak membuat teman-teman mentalnya menjadi drop. sehingga banyak tipuan-tipuan yang dikatakan mas fais dan mas tito untuk menyemangati teman-teman. Wika paling seringterkena tipuan mas tito dan membuat dia marah-marah sendiri. hihihihi.. (sedangkan teman2 yang berada di tenda asiik beristirahat sampai pagi tiba dan ketemu dengan kang candil dan mbak Oshin dari KSG yang menyusul. mereka sebelumnya sudah mendaki gunung slamet).

Akhirnya sampai di puncak jam 8 pagi. kami istirahat sejenak dengan menyantap beberapa bekal yang telah dibawa, dan sedikit mengabadikan moment di puncak, kami harus cepat-cepat turun karena kabut semakin naik dan hujan akan segera turun. saat perjalanan turun dari puncak, teti mengalami berkali-kali jatuh, sehingga membuat dia merasa sangat berat untuk melanjutkan perjalanan turun. saat sampai di tempat mendirikan tenda kondisi teti sangat memprihatinkan. bukan hanya teti, teman-teman yang lain pun sama seperti teti, karena sepanjang jalan turun kita diguyur hujan yang sangat lebat. untungnya setelah sampai ditempat mendirikan tenda sudah ada beberapa peralatan yang sudah dibereskan. kami membereskan barang-barang secepat mungkin.

Untuk mempercepat perjalanan pulang mbok yem dkk tim 1 langsung turun gunung.dan tim 2 terus menjaga Teti di belakang. karena cuaca yang tidak mendukung, mas fais, mas tito dan wawan langsung turun dengan cepat karena akan lebih baik jika mereka sampai k basecanp lebih dahulu, sehingga dapat membuatkan minuman hangat untuk teman-teman. Mas Fais, Wawan dan Mas Tito sudah sampai di basecamp sekitar pukul 5 sore. dan disusul tim 1 yang dipimpin mbok yem. kondisi teti yang semakin parah membuat tim 2 ketinggalan sangat jauh di belakang, tim 2 yang kekurangan bekal terutama air minum terpaksa dengan mengambil sedikit-sedikit tetesan daun sisa dari air hujan, sampai akhirnya menemukan sungai. Saat memasuki ladang petani, kami tersusul oleh kang candil sama mbak oshin, ternayata mereka tidak sampai puncakdan hanya sampai watu kotak karena cuaca yang berkabut dan hujan turun deras membuat mereka tidak melanjutkan perjalanan ke puncak.

Dengan kedatangan kang candil dan mbak oshin sangat membantu perjalanan tim 2 menuju basecamp. tim 2 dibagi manjadi 2 lagi, yaitu tim 21 (ardi, mita,Lily, Mbak Umi). tim 22 (teti,mas joko, mbak oshin, kang candil). akhirnya tim 21 sampai di basecamp pukul 7 mlm dan tim 22 tiba di basecamp jam setengah 8.
sampai di basecamp kami disuguhi wedang panas yang talah dijanjikan mas fais dan makan malam yang sangat lezat.

setelahbersih-bersih badan dan makan malam, kita langsung tidur dengan pulasnya untuk mengisi tenaga esok hari guna perjalanan pulang.

Senin, 21 Maret 2011

Pecinta Alam

Makna Pecinta Alam, adalah adanya harapan untuk bisa memberikan kesejukan dan ketentraman bagialam dan orang-orang di sekitarnya, dengan prinsip "cinta" dan "konservasi alam".


Ingatlah prinsip penjelajah alam :



1. Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar].



2. Kill nothing, but times [jangan bunuh sseuatu kecuali waktu].



3. Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki].



harus selalu :



1.Percaya kepada Tuhan Yg Maha Esa.

2.Percaya kepada kawan.

3. Percaya pada kemampuan diri.

Sejarah Pecinta Alam dan Perkembangannya


Bila sejenak kita menelusuri dari belakang, sebetulnya manusia tidak bisa dipisahkan dari alam. Dari zaman prasejarah dimana mereka berburu dan mengumpulkan makanan, alam sudah merupakan rumah sejati bagi mereka, gunung sebagai sandaran kepala, padang rumput adalah alas berbaring mereka, dan gua adalah tempat bersembunyi paling aman. Namun karena manusia mulai mengenal budaya, mereka cenderung menganggap kehidupan di alam bebas adalah berat dan tidak begitu nyaman. Mereka mulai menghindari alam. 

Ketika keduanya bersatu kembali, maka saat itulah Pecinta Alam dimulai :


Pada tahun 1492 sekelompok orang Perancis dibawah pimpinn Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Ketika itu belum jelas apakah mereka ini tergolong pendaki gunung pertama. Namun, beberapa dekade kemudian orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pgunungn Alpen adalah para pemburu Chamois (kambing gunung). Mungkin mereka itu pemburu yang mendaki gunung. Tapi inilah pndakian gunung yang tertua yang pernah tercatat dalam sejarah.

Di Indonesia sendiri, sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan Pegunungan yang sangat tinggi di beberapa tempat yang tertutup salju di Papua.  Orang Eropa inilah yang kemudian diabadikan namanya menjadi nama salah satu gunung digugusan Pegunungan Jaya Wijaya, yakni Puncak Cartensz.

Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yg dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) Prancis n tahun 1852 Puncak Everest (8840 m) ditemukan. Oramg-orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang-orang Tibet. Puncak Everest berhasil dicapai pertama kali tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam sebuah ekspedisi Inggris. Sejak saat itu pendakian ke atap-atap dunia pun semakin ramai.

Sejarah pecinta alam Indonesia dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu Perkumpulan Pentjinta Alam (PPA) 18 Oktober 1953. PPA merupakn perkumpuln hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci, terlepas dari sifat maniak yang semata-mata emlepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mreka adalah memprluas srta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggota-anggota  dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulan ini tak berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960. Awibowo adalah pndiri salah satu perkumpulan pecinta alam prtama di Indonesia mengusulkan istilh pecinta alam karena cinta lebhh dalam maknaya dari pada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, dan cinta mengandung makna mengabdi. "Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini?"

Sejarah pecinta alam kampus pada era tahun 1960-an. 


Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dgn kluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yg melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasn ini awalnya dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakn kerjabakti di TMP Kalibata. Gagasan Soe Hok Gie ini sendiri diilhami oleh organisasi pecinta alam yg didirikn oleh bebrapa orang mahasiswa FSUI pada tgl 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yg bernama Ikatan Pecinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tak terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yg berminat dapat menjadi anggota setelah mlalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, di depan ruang perpustakaan, hadir pada saat itu Herman O. Lantang yg pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat dicetuskan, nama organisasi yg akan lahir itu IMPALA, singkatn dr Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam.

Setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA mnjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Alasannya nama IMPALA terlalu borjuis. Nama ini dberikn oleh Bpk Moendardjito. Mapala merupakn singkatan dar iMahasiswa Pecinta Alam dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ni diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggota-anggota akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi-hobi individual pengikut-pengikut juga dimaksudkan untuk mewadahi para mahasiswa yg sudah muak dengan organisasi-organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangnya mempunyai iklim yang tak sedap dalam hubungn antar organisasi.


Dlm tulisin di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe mengatakan bahwa :

“Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme dikalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya mlalui slogan-slogan di jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorng dapat mnjadi patriot-patriot yg baik”

Banyak yang memandang sebelah mata pada organisasi ini dan terkadang mengatakan bahwa kegiatn-kegiatannya cuma bersifat hura-hura yang menghabiskan uang. Suara-suara itu semakin santer terdengar bila ada pemberitaan mengenai kecelakaan yg dialami oleh anggota Mapala pada waktu melakukan kegiatan di alam.

Dalam sebuah diskusi (artikel Kompas, Minggu 29 Maret 1992) kegiatn Mapala dapat dikategorikan sebagai olahraga yang masuk ke dalam kaliber sport beresiko tinggi. Kegiatannya meliputi mendatangi puncak-puncak gunung tinggi (pendakian gunung/mountaineering dan pemanjatan /climbing), turun dan masuk ke lubang gua di dalam bumi (penelusuran gua/caving), berhanyut bersama perahu di kederasan jeram sungai (pengarungan arus liar/rafting), keluar masuk daerah pedalaman yang paling dalam (penghijauan/konservasi) dan lain-lain.

Tak ayal lagi bahwa kegiatan ini beresiko tinggi dan setiap anggotanya harus memahami konsekuensi resiko yang pasti akan dihadapi dengan bergabung dalam organisasi ni.

Resiko yang paling berat adalah cacat fisik permanen dan bahkan bisa juga menemui kematian. Untuk bisa mempersiapkan diri menghadapi resiko yang tinggi ini, dibutuhkan kesiapan mental, fisik dan skill yang memadai. Berbagai macam latihan dan pengalaman terjun langsung ke alam dapat maminimalisir resiko yang akan dihadapi. Tapi yang pasti di luar itu semua masih ada yang lebih berwenang untuk menentukan hidup dan mati seseorang yaitu Tuhan Yg Maha Esa.



Pecinta alam atau Petualang ?

Dua nama, pecinta alam dan petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tak bisa dipisahkan antara keduanya.

Namun kalau dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa kduanya tak ada hubungn satu sama lain. Dlm KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara etimologi jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang jelas berbeda, meskipun ruang gerak aktivitas yang diprgunakan kduanya sama alam.

Di lain pihak, perbedaan itu tak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga langkah yang djalankan. Seorang pecinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas Adventure-nya seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatn yang menjadikan alam sebagau medianya.

Kini yang sering ditanyakan ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah di manakah pecinta alam? begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam sebagai medianya? Bahkan tak jarang aktivitas “mereka” berakhir dengan trjadinya tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan terjadinya praktek-praktek vandalisme. Inilah sbenarnya yang harus dikembalikan tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak mereka, sehngga akhrnya pun bukan benar-benar cuma sebagai ajang hura-hura belaka. keberadaaan mereka saat ini hampir belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola pengembangan kelompoknya. Jangankan mencitrakan kelompok-kelompoknya sebagai pecinta alam atau sebagai petualang pun tidak. Aktivitas mereka cenderung merupakn aksi-aksi spontanitas yang terdorong atau bahkan terseret oleh medan ego yang tinggi dan sekian image yang telah terlebih dulu dicitrakan, dengan demikian banyak di antara para “pecinta alam” itu cuma sebatas “gaya” yang menggunakan alam sebagai alat media pemuas nafsu belaka.

Rabu, 09 Maret 2011

DIKLATSAR PALAFI ANGKATAN 4

Pendidikan dan pelatihan dasar merupakan suatu kegiatan pengaplikasian secara langsung di lapangan tentang materi – materi kepecintaalaman yang telah disampaikan saat Pra-Pendidikan dan pelatihan dasar. yang harus ditempuh oleh calon anggota muda yang



telah dinyatakan lulus Pra-Diklatsar. Pendidikan dan pelatihan dasar merupakan serangkaian kegiatan penerimaan anggota PALAFI angkatan ke IV.

Calon anggota muda akan diterjunkan langsung ke lapangan untuk mengaplikasikan materi kepecintaalaman yang talah didapatkan pada saat Pra-Pendidikan dan pelatihan dasar. Tujuan diadakannya Pendidikan dan pelatihan dasar adalah untuk melatih dan mendidik calon anggota muda dalam mengaplikasikan materi-materi yang telah disampaikan sehingga calon anggota muda dapat menguasai materi secara maksimal dan dapat menerapkan ilmu di alam secara langsung. Dan akhirnya ilmu yang telah dikuasai dapat diterapkan untuk merawat, menjaga, dan memanfaatkan alam sebagaimana mestinya untuk alam yang lebih baik.

Selain itu, tujuan lain diadakannya Pendidikan dan pelatihan dasar adalah untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan antar peserta sendiri dan juga antar anggota palafi. Dengan diadakannya kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan rasa cinta terhadap PALAFI.

untuk rencana diklatsar akan dilaksanakan pada tanggal 25-27 maret 2011, di gunung Ungaran.

ada 14 orang peserta yang akan mengikuti diklatsar adalah
1. tika resti pratiwi
2. joko susanto
3. reny afifah
4. ika yuliana
5. atiko nur oktaviani
6. alfu neizhelana
7. syaiful imam
8. syarifatul ulya
9. meiriani ismu safitri
10. khanifah
11. devi suci
12. nurul apriani susanti
13. ani cahyati
14. anggi larasati
kami tunggu kontribusi kalian di PALAFI.....


Copyright © PALAFI UNNES (Pecinta Alam Fisika) | Powered by Blogger
Design by AnarielDesign | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com